Minggu, 27 Januari 2008

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petaknya. Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk.

Jika Anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit didalamnya dengan bersedih pada hari ini. Karena itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.


Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. (QS:An-Nahl:1)


Jangan Pernah mendaului Sesuatu yang belum terjadi ! Apakah Anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelm masak ? Hari Esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba , belum berwujud , dan tidak memiliki rasa dan warna.

Jika demikian, , mengapa kita harus menyibukan diri dengan hari esok, mecemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadan-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada didalamnya ? Bukankan kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan ?


Yang jelas, hari esok ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyebrangi sebuah jembatan sebelum sampai di atasnya. Sebab , siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulku sebelum kita sampai diatasnya. Dan bisa jadi pula , kita akan sampai pada jembatan itu da kemudian menyeberanginya.

Dalam Syariat , memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam ghaib, dan kemudian terhanyut didalam kecemasan-kecemasan yang bari diduga dirinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Pasalnya , hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun , ironis kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di ”sekolah-sekolah setan”.

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.) (QS-Al-Baqarah:268).

Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun , dan memperkiraka umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di ’genggaman yang lain’ tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud. (La Tahzan)